Festival Pusako 2023 : Rayakan Keberagaman dan Gastronomi Sumatra Barat

KABARSUMBAR – Kehidupan manusia sejak zaman purbakala tidak terlepas dari kegiatan menghasilkan makanan. Mulai dari masa mengumpulkan hasil alam, berburu dan meramu, hingga pertanian, semuanya bermuara pada suatu santapan penyambung nafas. Seiring dengan perkembangan peradabannya, manusia mengenal ‘gastronomi’, KBBI menjelaskannya sebagai “seni menyiapkan hidangan yang lezat-lezat”. Istilah lainnya yakni tata boga.

Mengingat pentingnya nilai makanan dalam suatu kebudayaan, Festival Pusako sebagai bagian dari Pekan Kebudayaan Nasional 2023 menetapkan gastronomi sebagai salah satu aspek helatan yang akan berlangsung pada 11 sampai 15 Oktober 2023 mendatang di Fabriek Bloc.

Dalam hal ini, pegiat isu HAM dan Keberagaman Angelique Maria Cuaca bertanggung jawab sebagai kurator. Baginya, hidup dalam keberagaman keluarga berlatar belakang Minangkabau-Tionghoa adalah pengalaman nyata yang mengilhami petualangannya menelusuri ragam budaya.

“Sumatera Barat menghasilkan banyak kuliner yang selama beratus tahun dinikmati, diingat, dan ditulis sebagai warisan dari kebudayaan. Sebagai bagian dari Nusantara yang dikenal dunia surganya beragam kuliner, Sumatra Barat menjadi lokus di mana kuliner bukan sekadar makanan yang ditaruh ke dalam mulut untuk mengusir lapar, tetapi juga bagian dari proses budaya yang berlangsung ribuan tahun,” ungkap wanita yang akrab dipanggil Like dalam konferensi pers di Fabriek Bloc pada 9 Oktober 2023.

Ia mencontohkan selain makanan dan kuliner utama yang masyhur seperti rendang, Sumatra Barat juga memproduksi kudapan tradisional yang khas: lamang. Penganan dari bahan ketan ini dimasak secara kolektif oleh masyarakat etnik Minangkabau saat peringatan-peringatan keagamaan seperti Maulid Nabi.

Begitupun masyarakat India yang tinggal di Padang selalu meminum Masala Chai saat perayaan besar India. Mi panjang umur tidak pernah absen saat perayaan ulang tahun masyarakat Tionghoa saat tahun baru Imlek.

“Artinya, masing-masing etnik yang hidup di Sumatra Barat memiliki warisan pengetahuan kuliner dari kelompoknya. Pewarisan tersebut mengandung ingatan sejarah, tradisi atau ritual, kesenian, kepercayaan, prinsip hidup, identitas budaya, perayaan ataupun selebrasi. Semua itu diturunkan dari satu generasi ke generasi selanjutnya,” imbuhnya.

Menurut Ketua Pelita untuk Perdamaian dan Keberagaman (Pelita Padang) tersebut, pewarisan pengetahuan terkait kuliner terus berkembang seiring proses pembauran etnis. Salah satunya melalui perbincangan di atas meja makan yang sudah ada selama berabad-abad. Interaksi tersebut memunculkan selera baru atas suatu makanan yang kemudian menjadi citarasa bersama.

Terkait dengan “Pusako” yang menjadi judul dari festival ini, Like memaknainya bukan hanya sebagai warisan budaya masyarakat Minangkabau yang ditransmisikan berdasarkan garis keturunan ibu.

“Dalam konteks yang lebih luas, makna pusaka adalah warisan bersama dari banyak kelompok etnis yang saling berbaur dan bertahan dalam waktu yang lama. Pewarisan itu menjadi upaya bagi satu etnis dengan etnis-etnis lainnya saling menjaga eksistensinya untuk hidup berdampingan,” tambahnya.

Ia kemudian menjelaskan konsep besar Pekan Kebudayaan Nasional “Merawat Bumi” dan “Gerakan Kalcer: Festival Pusako” diterjemahkan pada kuratorial Gastronomi dan Kalcer dalam bentuk beberapa kegiatan, di antaranya Dapur Kalcer akan mendemonstrasikan cara masak kuliner Minang dan India.

Seluruh bumbu dan bahan pangan berasal dari hasil bumi Sumatra Barat. Dapur Kalcer akan memproses autobiografi dari seseorang terkait pengalaman memasak dan mencicipi makanan. Interaksi tersebut direkam oleh instruktur dan pengunjung yang datang menjadi sebuah kenangan yang lekat dalam ingatan. Instruktur pada Dapur Kalcer yakni Hanita Anwar, pemilik warung Punjab untuk kuliner India dan Tiara Angelica untuk kuliner Minang.

Selanjutnya ada diskusi bertajuk Kuliner Sumatra Barat dari Masa ke Masa yang menghadirkan narasumber dari kalangan budayawan (Edy Utama), sejarawan (Novelia Musda), dan vlogger kuliner (Riri Fatzrianti). “Diskusi ini diharapkan bisa menggali lebih banyak terkait gastronomi dan kalcer di Sumatra Barat, serta bagaimana kebudayaan lokal atau kultur menjadi penyangga untuk budaya kekinian atau kalcer.”

Terdapat juga dua stand gastronomi dan kalcer yang akan mempromosikan jenama lokal yang ada di Sumatra Barat. Di antaranya, SEMAI yang merupakan jenama minyak esensial lokal Sumatra Barat, diolah dari bahan rempah aromatik. Selain itu ada, jenama KAMARO berbahan kain ecoprint yang diproduksi oleh Achi Craft Galery.

Pengunjung Festival juga akan disuguhkan Gastronomi Exhibition berupa pameran foto esai dengan tema “From Culture to Kalcer: Warisan Kuliner Sumatra Barat”. Pameran ini terbagi lagi ke dalam beberapa judul, yang pertama “Banigho” oleh fotografer Abdi Putra Firdaus dan penulis Randi Reimena, “Semangkuk Pembauran Santapan dalam Boga India-Padang” oleh fotografer Adi Prima dan penulis Yose Hendra, dan “Menghidupkan Kenangan dalam Sepinggan Kalcer Hokkien” oleh fotografer Uyung Hamdani dan penulis Dutika Handayani.

The post Festival Pusako 2023 : Rayakan Keberagaman dan Gastronomi Sumatra Barat appeared first on Kabarsumbar.com.



from Kabarsumbar.com https://ift.tt/cFAwSUb
via IFTTT

Comments

Popular posts from this blog

Mengenal Samba Nan Anam dan Samba Nan Sambilan, Kuliner Khas Minangkabau

Pemprov Sumbar Bentuk Tim Penjemput Oksigen Bantuan Daerah Tetangga

Ketua DPRD Kabupaten Solok Bantah Keras Dugaan Pemerkosaan