Mengabdi di Timur Indonesia

Pada bulan Maret  tepatnya tanggal 08-15 Maret 2022 saya mengikuti program dari Aksi Sahabat Nusantara (Aksara) yang bernama Lampak mengabdi. Aksara sendiri merupakan sebuah lembaga yang mewadahi pemuda-pemudi Indonesia untuk melakukan pengabdian di daerah 3T (terdepan, terpencil, tertinggal) yang ada di Indonesia. Melalui program Lampak Mengabdi yang tahun ini merupakan pengabdian  ke-3 memlih lokasi di Desa Mekar Sari, Lombok Tengah, NTB. Program Lampak mengabdi juga biasa disingkat LMB ini fokus di pulau Lombok atau biasa dikenal dengan pulau Seribu Mesjid. LMB1 di Desa Santong  Mulia, Lombok Utara dan LMB2 di Desa Bayan, Lombok Utara.

Kegiatan Lampak Mengabdi digagas oleh Kak Toni Risanto seorang pemuda asli Lombok yang waktu itu melihat banyak sekali pemuda/i Indonesia yang mempunyai potensi, bakat dan pengetahuan untuk pengembangan daerah yang  ada di Pulau Lombok, apalagi untuk daerah  pedesaannya. Masih banyak desa atau daerah yang membutuhkan pengetahuan dan pengalaman dari luar, untuk membangun desa dan tempat mereka.  Nama Lampak Mengabdi diambil dari bahasa suku Sasak, Lombok yang memiliki arti, yaitu: lampak artinya jalan, mengabdi artinya mengabdi.

Saya mengikuti pengabdian ini bersama 47 orang lainnya yang rata-rata adalah mahasiswa yang berasal dari seluruh Indonesia. Dalam pengabdian tersebut kami terbagi kedalam  4 (empat) divisi, yaitu Pendidikan, Kesehatan, Sosial dan Lingkungan, dan Ekonomi Kreatif dan Pariwisata. Saya memilih bergabung dengan kawan-kawan dari divisi Sosial dan lingkungan (sosling). Sebab sangatlah penting bagi kita semua untuk memulai kampanye atau menyuarakan pentingnya menjaga lingkungan serta keberlanjutan dari lingkungan hidup dengan tindakan nyata sekecil apa pun itu.

Karena bagi saya perubahan iklim sudah nyata kita rasakan dampaknya, seperti mengalami musim panas yang lama, sulitnya mendapatkan air bersih, makin sering terjadi bencana hidrologi, gagal panen, cuaca ekstrem, meningkatnya wabah penyakit dan lainnya. Sebenarnya dampak perubahan iklim ini tidaklah bisa kita hentikan namun bisa kita perlambat dampaknya dengan konsisten  menjaga  lingkungan  salah satunya. Seperti pola hidup masyarakat yang masih suka membuang sampah sembarangan.

Berangkat dari masalah tersebut saya bersama teman-teman divisi sosling menjalankan beberapa program kerja (proker) yaitu, pertama sosialisasi terkait apa itu sampah, jenis-jenis sampah, bahaya sampah jika tidak dikelola dengan baik.  Kedua, nonton bareng (nobar) bersama anak-anak Sekolah Dasar tentang keadaan ekosistem laut dengan keberadaan sampah. Ketiga, warior sampah, merupakan salah satu program yang sangat menarik bagi saya. Sebab anak-anak Sekolah Dasar (SD) setelah diberikan sosialisasi terkait sampah, mereka langsung diberi praktek mengumpulkan sampah dan membuangnya ketempat sampah. Kemudian, dilakukan sebuah fhasion show yang diperagakan oleh beberapa orang murid dengan menggunakan slempang dari sampah yang sudah dibersihkan terlebih dahulu.

Fashion show ini berbentuk lomba, dimana peserta terbaik akan mendapatkan botol minum, tempat makan dan lainnya. Sebagai bentuk nyata mengurangi limbah plastik dengan upaya menggunakan barang yang bisa dipakai berulang kali seperti botol minum ini salah satunya. Kegiatan saya bersama Divisi Sosling selanjutnya adalah clean up atau aksi bersih-bersih pantai bersama seluruh peserta juga panitia LMB3 juga masyarakat di sekitar Pantai Mawun. Aksi bersih-bersih sampah ini sempat diguyur oleh hujan lebat, namun tak menyurutkan langkah kami untuk melanjutkan kegiatan tersebut.

Puncak program  kerja atau kegiatan yang sukses saya dan  teman-teman laksanakan di lapangan adalah Pembuatan dan Pemasangan Plang Umur Sampah dan Sapta Pesona serta Papan Penunjuk Arah. Program kerja ini merupakan salah satu yang paling berkesan karena tidaklah mudah menjalankan proker plangisasi (umur sampah, sapta pesona dll) karena dalam proses pemotongan papan sampai pengecatan itu memakan beberapa hari karena cuaca yang kurang mendukung saat itu.

Plang umur sampah ini bertujuan agar adanya sebuah kesadaran yang bersifat terus menerus dan menjadi kebiasaan tentang betapa berbahanyanya sampah jika tidak diolah dengan baik. Kemudian  plang sapta pesona. Sapta pesona adalah tujuh unsur yang terkandung di dalam setiap produk wisata serta dipergunakan sebagai tolak ukur peningkatan kualitas produk wisata. Sapta pesona terdiri dari unsur-unsur keamanan, ketertiban, kebersihan, kesejukan, keindahan, keramahan dan kenangan.

Tujuan diselenggarakan program sapta pesona adalah untuk meningkatkan kesadaran, rasa tanggung jawab segenap lapisan masyarakat, baik pemerintah, swasta maupun masyarakat luas untuk mampu bertindak dan mewujudkannya dalam perikehidupan sehari-hari. Sederhana dari pada itu saya dan temna-teman hanya berniat menjaga keindahan dan agar tetap lestari pantai-pantai yang ada di Desa Mekar Sari yaitu Pantai Tampah salah satunya. Kemudian plang penunjuk arah disamping inisiatif saya dan teman-teman juga atas permintaan warga setempat.

Karena salah seorang nelayan disana bercerita kepada saya dan teman-teman bahwa pantai ini (pantai tampah) sebelum Pandemi Covid-19 melanda, tempat ini cukup ramai dikunjungi wisatawan, sayangnya dari segi pendukung berupa plang penunjuk arah belum tersedia. Kemudian, pendapat senada juga disampaikan oleh warga lainnya dimana untuk mengetahui lokasi mesjid, rumah Pak Kadus (Kepala Dusun) juga belum ada sehingga menyulitkan orang baru untuk menemukan rumah Pak Kadus.

Banyak hal-hal yang bisa saya maknai disini mulai dari betapa terbukanya tangan-tangan warga Desa Mekar Sari ketika menyambut kedatangan kami untuk pertama kalinya. Hangatnya senyuman mereka disetiap program kerja ynag kami jalankan. Serta tawa riang anak-anak disini yang masih terus semangat mengenyam pendidikan di antara keterbatasan mulai dari jarak, jalan, bangunan sekolah yang jauh dari kata layak (banyak bangunan sekolah yang tak bisa dijadikan kelas) serta kesulitan akses lainnya. Bersyukur sekali rasanya kita yang bisa menikmati infrastruktur yang lebih dari kata cukup.

Meskipun di Kota-Kota besar sekalipun ketimpangan dalam segi pembangunan masih kita dapati tapi tidak semengkhawatirkan di Desa Mekar Sari, teman-teman semua bisa membayangkan bagaimana antusiasnya anak-anak disini menuntut ilmu pengetahuan dengan menempuh jarak puluhan kilomenter bahkan sampai 3 jam berjalan kaki baru sampai di sekolah. Jangan sia-siakan kemewahan, kesempatan dan akses yang kita miliki untuk bermalas-malasan. Banyak di luar sana orang-orang yang menantikan uluran tangan kita.

Mulailah dari hal-hal kecil tapi konsisten/kontinu serta jangan jadikan alasan apa pun untuk menunda pengabdianmu di masyarkat. Penulis menyadari tak pernah ada kata cukup dan istirahat untuk seorang relawan mengabdikan dirinya untuk lingkungan, masyarakat dan negeri Indonesia tercinta. Banyak motivasi yang saya dapatkan selama di ruang kuliah, misalnya tugas-tugas perkuliahan yang harus menyertakan studi kasus di dalamnya, mungkin akan menjengkelkan ketika kita tak banyak waktu untuk mengerjakan tugas kuliah yang beranak pinak. Namun, percayalah kawan “ dosen yang mengsupport masa depan mahasiswa/i yang cerah tak akan membiarkanmu terlena di dalam tugas kuliah yang biasa-biasa saja”. Terimakasih kepada dosen sekaligus Kepala Jurusan Ilmu Administrasi Negara UNP Bapak Aldri Frinaldi SH, M.Hum, Ph.D dan dosen-dosen lainnya atas izin serta support selama saya melakukan pengabdian ini.



from Kabarsumbar.com https://ift.tt/7Tj9duL
via IFTTT

Comments

Popular posts from this blog

Mengenal Samba Nan Anam dan Samba Nan Sambilan, Kuliner Khas Minangkabau

Pemprov Sumbar Bentuk Tim Penjemput Oksigen Bantuan Daerah Tetangga

Ketua DPRD Kabupaten Solok Bantah Keras Dugaan Pemerkosaan