Mahardika Muda: Arah Baru Pergerakan Mahasiswa

Pada awal tahun 2022 saya mengikuti program Mahardika Mengajar Batch II bersama 34 mahasiswa/mahasiswi lainnya yang berasal dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Pengabdian kali ini dilaksanakan di Nagari Lubuk Ulang Aling, Kabupaten Solok Selatan yang merupakan satu dari 3 Nagari dengan kategori sangat tertinggal di Sumatera Barat. Bagi saya kegiatan ini menjadi resolusi, baik untuk diri sendiri maupun pergerakan mahasiswa Indonesia di tahun 2022 dan seterusnya dalam rangka melunasi janji merdeka.

“Lunasi Janji Merdeka” merupakan narasi sakral bagi komunitas Mahardika Muda yang bergerak dalam ranah pengabdian di daerah-daerah pelosok negeri. Ibarat kata pepatah “sekali dayung dua pulau terlampaui”, program kevolunteer-an Mahardika memiliki dua sisi mata pisau yang siap untuk melunasi janji merdeka melalui pemahaman dasar yang baik atau grass root understanding untuk mencapai world class competent.

Resolusi (Mahardika Muda) ini berawal dari keresahan seorang pemuda asal Padang Sumatera Barat yang turut membersamai aksi nasional berskala besar pada tahun 2019 dan 2020. Kekesalan lahir akibat diabaikannya tuntutan mahasiswa sehingga muncullah ide untuk membentuk suatu pergerakan yang lebih progresif dan konkrit meski bersifat evolusi. Sedikit berbeda dengan pergerakan yang biasa diakukan mahasiswa dalam menjalankan fungsi control social-nya melalui counter issue.

Tri dharma perguruan tinggi (pengabdian) dan iron stock menjadi perpaduan yang manis dalam program Mahardika mengajar guna melunasi janji merdeka. Grass root understanding    dikemas dalam bentuk pengabdian dengan agenda pengajaran dan pengumpulan masalah, kemudian para volunteer juga diberi kemerdekaan untuk berinisiatif selama pengabdian agar terikat dengan daerah pengabdian dan memahami suka duka masyarakat.

Pengajaran yang dilakukan selama pengabdian di daerah bukanlah pembahasan materi secara komprehensif, tetapi sejalan dengan batasan fungsi pendidikan Hamzah B Uno sebagai pementukan pribadi yang dibaginya ke dalam dua kegiatan yakni sistematik dan sistemik.

Bentuk kegiatan sistematik dapat dilihat dari kehadiran volunteer yang diharapkan mampu membimbing dan mendewasakan mereka yang belum dewasa sehingga memiliki motivasi untuk terus melanjutkan pendidikan. Apabila kegiatan sistematik tadi telah berhasil dilakukan oleh volunteer maka akan berlanjut secara otomatis pada tahap sistemik atau dibentuk oleh usaha mereka sendiri.

Kemudian kemerdekaan yang diberikan kepada volunteer selama berada di daerah pengabdian bertujuan mengeksplorasi kehidupan sosial, lingkungan, dan ekonomi masyarakat untuk mendapatkan pemahaman akar rumput. Pemahaman akar rumput atau grass root understanding menjadi upaya dalam mempersiapkan mahasiswa sebagai pelanjut estafet kepemimpinan bangsa.

Pemahaman akar rumput ini juga dikonsepkan untuk penyambung lidah masyarakat, setiap volunteer dituntut untuk mampu mengeksplorasi dan menganalisis permasalahan yang ada di daerah pengabdian sesuai dengan latar belakang keilmuan yang dimiliki. Kemudian permasalahan-permasalahan yang ditemukan dikaji dan di konversi menjadi poin-poin rekomendasi kepada instansi pemerintah atau pihak bersangkutan.

Rekomendasi yang diajukan menjadi gaya lain dari model tuntutan aksi sebagaimana biasanya dilakukan sehabis demonstrasi. Jika demonstrasi dilakukan dengan cara interupsi, maka Mahardika Muda menyampaikan dengan komunikasi persuasif yang diawali dengan turun ke daerah pengabdian sehingga memunculkan nuansa kolaborasi di antaranya.

Selanjutnya pemahaman akar rumput sebagai modal mahasiswa dalam peranannya sebagai iron stock atau pelanjut estafet kepemimpinan bangsa. Pemahaman akar rumput ini diharapkan mampu membentuk generasi dengan world class competent untuk investasi masa depan bangsa. Kegiatan ini bagaikan memupuk daun muda untuk lebih baik lagi di tengah ketidakbisaan kita mengobati daun tua yang telah rusak dimakan ulat.

Artinya mahasiswa sebagai pelanjut estafet kepemimpinan bangsa harus menutupi kekurangan yang ada digenerasi tua saat ini. Misalnya generasi tua dalam birokrasi yang telah mengalami dis-orientasi terhadap kewajibanya. Disini pemahaman akar rumput diharapkan mampu mengikat mahasiswa dalam suka duka masyarakat di daerah pengabdian untuk membentuk orientasi nilai-nilai yang dianutnya kelak mungkin menjadi pemangku kebijakan.

Dalam realisasinya, pengabdian Mahardika Muda dikonsepkan untuk memberi pendidikan kedua belah pihak yakni masyarakat dan volunteer itu sendiri. Oleh sebab itu grass root understanding yang dikonsepkan dalam program Mahardika mengajar bisa menjadi salah satu alternatif pergerakan mahasiswa saat ini dan masa yang akan datang.

Konsep ini cukup menjanjikan untuk mewujudkan cita-cita besar kita di usia 100 tahun Indonesia merdeka. Namun tentunya pergerakan Mahardika muda yang bersifat evolusi butuh komitmen dan konsistensi. Pada akhirnya perlu disadari bahwa kedatangan volunteer mahardika ke daerah tidaklah untuk menjanjikan perubahan besar. Hanya mengirim pesan bahwa mahasiswa sebagai pelanjut estafet kepemimpinan bangsa telah mendapat pengalaman dan pengetahuan kalau janji merdeka belum rata terlunasi. Sekarang, pengetahuannya telah didapat selama pengabdian, semoga kelak kita juga dapat merealisasikan pelunasan janji merdeka itu; mencerdaskan kehidupan bangsa, dan memajukan kesejahteraan umum.

(M Hafiz Al Habsy adalah volunteer Mahardika Mengajar Batch II yang dilaksanakan di Nagari Ulang Aling Solok Selatan 14 – 19 Januari 2022)

The post Mahardika Muda: Arah Baru Pergerakan Mahasiswa appeared first on Kabarsumbar.com.



from Kabarsumbar.com https://ift.tt/OQvAsw4
via IFTTT

Comments

Popular posts from this blog

Mengenal Samba Nan Anam dan Samba Nan Sambilan, Kuliner Khas Minangkabau

Pemprov Sumbar Bentuk Tim Penjemput Oksigen Bantuan Daerah Tetangga

Ketua DPRD Kabupaten Solok Bantah Keras Dugaan Pemerkosaan